Belajar Tuli
“Eh katanya nanti KKN mumet lho.” Kata Bunga di suatu siang
setelah pembekalan KKN.
“Masa? Se-mumet itukah?” Jawab Mawar. Raut wajahnya berubah
pucat pasi seketika.
“Agenda banyak, pengeluaran juga banyak. Belum lagi ngadepin
warga situ hadeh.”
“Duh aku kok jadi takut yah.”
“Sama aku juga.”
Bunga, sebut saja begitu. Bukan. Dia bukan nama samaran dari
korban pemerkosaan. Dia juga bukan anak yang ditelantarkan orangtuanya. Dia
hanya cewek kampus biasa dengan naluri yang “cewek” banget. Suka nyebarin
berita dengan bermodal “katanya”
Satunya lagi namanya Mawar. Sebut saja begitu. Lengkapnya Mawardi.
Mau dipanggil Ardi kayaknya gak cocok. Dia cowok tulen tapi kelakuan dan
sikapnya kaya cewek. Sensitif dan perasa. Serta gampang mempercayai omongan
orang yang hanya dengan bermodal “katanya”
Mawar denger cerita Bunga kaya diatas, jadi kepikiran. Dia mencoba
menenangkan perasaannya dengan bertanya ke siapapun yang udah pernah KKN. Ke
alumni, ke kakak angkatan, sampai ke pejabat. Eh kalau pejabat sama-sama KKN tapi
beda singkatan.
“Bang, bener gak sih KKN bikin pusing?” Tanya Mawar ke salah
satu Kakak angkatan.
“Hah pusing? KKN itu santai banget, Maw. Gue aja setelah KKN
malah gemukan.” Jawab si kakak angkatan itu.
“Bukannya lo emang udah gemuk yah?”
“Oh iya lupa. Tapi ini serius. KKN enak banget. Kuliah yang
paling nyante ya KKN.” Jawabnya dengan nada mantap.
“Bukannya sibuk dengan berbagai agenda ya?” Mawar mulai
menyampaikan kekhawatirannya.
“Lumayan sih. Tapi gantian lah, masa iya lo mau ikut
kegiatan terus. Digilir. Jadi meskipun programnya banyak lo gak bakal ngerasa
capek.”
“Kalau yang lain gak mau dan sering nunjuk gue buat
ngewakilin?”
“KKN itu kerja kelompok, tinggal pinter-pinter ngaturnya
aja.”
“Tapi bang…”
“Udah, KKN itu nyenengin.” Sambil menepuk bahu Mawar, kakak
angkatan itu pergi dengan melambai.
Ada harapan secercah bagi Mawar akan sirnanya kekhawatiran mengenai
KKN.
Sependek perjalanan kampus ke kos, Mawar terus teringat
obrolan tadi dari dua orang yang berbeda.
“Kata Bunga KKN bikin pusing, gak bebas. Tapi kata kakak
angkatan KKN nyenengin. Yang bener yang mana.” Pikiran mawar terus bertarung
sendiri nyari-nyari kebenaran.
Mawar lanjut tanya lagi ke banyak orang dan mendapat jawaban
bervariasi namun sama dari dua kategori tadi. Ada yang bilang gak enak, ada
yang bilang enak. Ada yang bilang ribet, ada lagi yang bilang asik. Kebanyakan bilangnya
sih asik.
Tapi dasarnya Mawar punya kepribadian yang perasa. Jadinya susah. Dia terus
memikirkan keribetan yang akan timbul gara-gara KKN.
Ada kalimat beken bilang "alasan Tuhan menciptakan dua telinga
dan satu mulut supaya kita banyak mendengar daripada berbicara." Tapi menurut
gue, ada saat dimana kita harus menutup telinga dan berhenti mendengar.
Saat kita mulai mendengar suara-suara jelek, pesimis, dan
menjatuhkan. Pada saat itulah kita harus belajar untuk tuli.
Kita sering dianjurkan harus banyak belajar mendengar,
supaya dapat lebih memahami. Bahkan saking pentingnya mendengar. Ada asuransi
yang menggunakan “mendengar” sebagai slogan. Always listening always
understanding. Mendengar juga ada ujian sendiri, ujian listening.
Mendengar memang penting. Tapi kita juga harus gak kalah
banyak belajar untuk tuli dan melupakan apa yang telah kita dengar. Tergantung suara
apa yang masuk ke telinga kita.
Ini gak mudah, bagi orang yang punya karakter kayak Mawar,
dia akan kepikiran terus tentang suara-suara sumbang yang bikin dia jadi takut
mau KKN. Meskipun dia juga banyak mendengar cerita menyenangkan dari KKN.
Pada beberapa kasus, orang seperti ini akan kepikiran terus,
selalu terngiang-ngiang suara menjatuhkan itu, jadi khawatir tingkat dewa,
stress, sakit perut, kemudian maag-nya kambuh.
Gue jujur juga sering kaya Mawar. Suka kepikiran dan sakit
perut kalau memikirkan apa yang akan terjadi besok. Kalau udah kaya gini gue
biasanya minum obat terus tidur. Nah setelah gejala maag-nya reda, gue berusaha
untuk lebih sering menggunakan mulut gue yang satu daripada dua telinga gue. Gue
harus banyak berbicara pada diri sendiri kalau suara negatif itu gak bakalan
berlaku pada gue. Gua harus sering berbicara pada diri sendiri kalau gue bisa
melewati KKN ini. temannya juga banyak og.
Ini juga gak mudah. Gue sering gagal mensugesti diri sendiri.
gue kayaknya butuh di hipnotis nih biar gak deg-degan ngadepin sesuatu. Memberi
nasihat dan memotivasi orang lain emang mudah, tapi nasihatin diri sendiri
susah banget. Susahnya udah kaya nahan kentut pas kena mencret.
Gak kalah penting gue harus banyak mendengarkan juga,
kaya kalimat sakti diatas. Gue harus lebih sering mendengar. Mendengar
masukan-masukan bagus yang membangun. Suara-suara positif dan optimisme aja yang
didengerin. Cerita-cerita tentang senangnya ikut KKN aja yang mesti dimasukn ke hati.
Last, akhirnya gue mesti banyak belajar. Belajar untuk
mendengarkan, belajar juga untuk tuli, dan belajar untuk banyak berbicara. Saya
Dedy Cobuzier. Inilah hitam putih.*eh
Nb. Bentar lagi (!5-04-2014)gue KKN. Dan gue kayaknya masih
belum berhasil mensugesti diri gue sendiri :|
Pict
http://www.unitedspongebob.com/page.php?page=squidpics
http://wizzkids.wordpress.com/tag/communication-2/
http://wizzkids.wordpress.com/tag/communication-2/
Belajar Tuli
Reviewed by Tomi Azami
on
00:07
Rating:

KKN ki enak bro...
ReplyDeletemomen bersejarah dalah kehidupan bermahasiswa, nikmati wae sopo ngerti entuk gebetan~
bener mas, setidaknya memasuki seminggu pertama iki esih enak. aamiin. anake pak lurahe ayu mas
Deletesemangat!
ReplyDeletegue kasih sugesti kalau KKN itu menyenangkan. bener kata Edotz, siapa tahu dapet gebetan..
gadis desa bro... kapan lagi. huahahaha...
makasih mas. gadis desanya pada anak SD. yang gede2 pada merantau. gak ada pemandangan.haha
Delete