Viking atau The Jak?
Tanggal merah pertengahan Mei kemarin waktu yang tepat buat pulang kampung
halaman di Tegal. Di tempat lahir beta, gue isi dengan belajar mengendarai
tunggangan baru. Bosen cuma bisa naik motor roda dua aja. Pengin sesuatu yang
baru, makanya gue belajar naik… motor Tossa.
Cita-cita bisa slalom pake Tossa. Terus masuk tipi, terus
pura-pura bertengkar atau ketipu sama Viki Prasetyo biar eksis terus. Cita-cita gue emang mulia.
Perjuangan gue meraih cita-cita dimulai di lapangan desa tetangga. Mau
langsung di jalan raya, gak enak. Lagian jalan raya bukan ajang belajar naik
kendaraan, kecuali les nyetir atau les jahit. Itu udah dapat izin polisi.
Pas lagi asyik nggeber-nggeber Tossa yang knalpotnya bolong, gue
didatangi sama gerombolan anak SD yang pada mau main bola. Mereka mendekat,
liat-liat Tossa gue yang dilengkapi wifi dan WC umum. Dengan raut wajah gumun, mereka mengelus-elus besi
grobagnya. Lalu salah satu dari mereka bertanya,
“Om, koen piking atau dejek?”
“Hah?”
“Piking atau dejek?”
“Oh, Viking atau The Jak?” Agak kecewa, gue kira mau muji Tossa
gue. “Aku Persibom.” Jawab gue mantap.
“Wih keren.” Kata anak berkaus biru.
“Iya keren.” Timpal anak yang memegang bola yang mirip gaya
rambutnya.
“Persibom, Jon.” Imbuh anak sebelahnya, mukanya kaya adul,
tapi rambutnya berombak.
Lalu hampir serempak mereka bertanya, “Persibom sih mana om?”
“Wah wih wah wih tak kira dah tau. Persibom tuh Bolaang Mongondow.
Kalian sih kenalnya Persib sama Persija tok.
Gak boleh tahu Viking sama The Jak musuhan. Kan sama-sama
suka sepak bola.” Gue coba menasihati dengan cara gampang diterima.
penginnya gue tuh mereka kaya gini |
“Kalau bonek dan aremania?”
“Nah itu baru boleh.”
Oke yang terakhir itu ngaco.
“Emang kenapa kok tanya begitu?” gue iseng tanya.
“Lapangan ini wilayah Viking om, hati-hati deh kalau ada
anak The Jak main kesini.” Jawab anak yang mukanya kayak adul.
Gue langsung sujud syukur, beruntung banget tadi gak salah
jawab. Takutnya nanti gue digebugin gerombolan anak kecil tadi. Pake kaos yang
dililit membentuk gear motor.
“Om tahu gak siapa yang megang lapangan ini?” Tanya anak
gendut, mungkin dia bosnya.
“Bapak kamu, ya?” jawab gue.
“Pemerintah lah om. Kaya
kuwe ora ngarti.” Celetukan yang diiringi gelak tawa satu geng.
Saus Tartar! gue dikerjain tuyul-tuyul bermuka lecek beringus kering yang membentuk relief di pipi.
Saus Tartar! gue dikerjain tuyul-tuyul bermuka lecek beringus kering yang membentuk relief di pipi.
Gue mencoba menjitak kepala dia, tapi mereka dah mulai lari.
“Dah sana lanjut main bola.”
Gue pun lanjut latihan motor Tossa. Gue mutar-muter di
lapangan bagian barat. Sementara anak-anak bajigur tadi bermain bola di sebelah utara. Gawang mereka dibuat dari batu yang disusun. Ternyata zaman sekarang masih ada anak-anak yang merasakan kebahagiaan sederhana itu.
Setengah jam berlatih, bokong gue mulai kesemutan. Setelah
memarkir Tossa di bawah pohon, gue duduk dan minum. Melihat anak-anak bermain
bola plastik. Gue teringat pertanyaan mereka tadi. Tentang Viking atau The Jak.
Bercengkrama dengan anak-anak tadi seolah menyadarkan gue.
Anak jaman sekarang gak cuma udah tahu cinta-cintaan dan manusia siluman. Tapi
juga kehidupan pribadi finalis D’academi 2.
Loh salah pembahasan.
Maksudnya rivalitas antar klub bola. Di usia kira-kira kelas
4-5 SD sudah tahu kalau supporter Persib, Viking, dan supporter Persija, The Jak,
itu musuhannya gak santai.
Jaman gue kecil, klub pertama yang gue dan teman-teman tahu
adalah AS Roma dengan Francesco Totti sebagai iconnya. Waktu itu Totti masih muda, jenggot yang membentuk garis lurus, dan
gondrong kayak Wiro Sableng. Keren. Jadilah AS Roma
menjadi klub favorit semua murid di SD gue.
Kalau anak-anak tadi lahir atau tinggal di daerah Bandung atau
Jakarta sih mungkin wajar ya, sering didoktrin kalau klub bola kota sebelah
harus dimusuhi. Padahal gak baik yah. Lah ini lahir dan tumbuh di Tegal, bisa
tahu rivalitas dan mereka sudah memihak satu kubu.
Dan pertanyaan mereka tadi secara tidak langsung ingin tahu
kalau gue itu kawan atau lawan mereka.
Bisa kebayang kalau mereka kenalan.
“Hai, aku Jablud.”
“Halo, aku Jum.”
“Mulai hari kita berteman yah.”
“Iya. Eh tapi tunggu deh. Kamu Viking atau The Jak?”
“Viking.”
“Wih musuh. Gear motor mana gear motor.”
Gue gak tahu apa mereka dipengaruhi orang yang lebih tua
yang ada di sekitar mereka atau tahu prestasi kedua klub sehingga memutuskan buat
dukung salah satu klub. Mungkin lebih ke dipengaruhi orang sekitar.
Kalian pernah nonton pertandingan bola langsung di stadion?
Beuhh… yel-yelnya kadang gak cuma nyemangatin tim yang didukung, tapi
ngata-ngatain pemain tim lawan. Pemain tim lawan dikatain asu lah. Kadang wasitnya
juga di-asu-in kalau keputusannya gak berpihak pada tim tuan rumah.
Disitu kadang saya sedih. Banyak anak kecil ikutan nonton
live dan dengan semangatnya ikutan ngatain asu. Sama kaya kalau pas sholat
jamaah, ketika ‘waladholllin…’ anak-anak dengan lantangnya ngucapin ‘aamiin…’
ini juga dengan lantang dan tidak berdosa bilang “wasit asu…wasit asu…” parah…parah.
Gak pantes banget. Sama gak pantesnya jika ada asu yang
dikatain tim lawan atau wasit.
“wih ada anjing tuh. Hei, asu, dasar wasit lu.” Kan gak
pantes banget.
*kriuk kriuk* *krik krik*
Tanpa sadar, anak-anak udah diajarin membenci sesuatu yang
berbeda darinya. Guru-guru udah susah-susah nanemin nilai-nilai Pancasila seperti
sopan santun, toleransi, dan tenggang rasa seolah gak nancep tuh di hati
mereka.
“wih lihat, ada anak pake kaus orange, padahal kita pake
kaus biru. Ayo asu-in dia.”
Itu tuh wujud militan,
lo tau gak, Su?
Eh buset gue di-asu-in.
Militan ya… hmmm.. menurut gue militan gak seperti itu deh.
Menurut kamus Bahasa Indonesia, militan artinya bersemangat
tinggi, penuh gairah, penuh semangat dukung. Jadi gak ada hubungannya dengan ngeledek pakai nama hewan, kekerasan, atau coret-coret tembok.
Kalau ngeledeknya dengan cara elegan sih masih bisa maklum
ya, kayak fans MU ngeledek fans Liverpool dengan #YNWA yang harusnya 'You’ll
Never Walk Alone' jadi 'You’ll Never Win Again'
Bisa bermakna ganda, bisa
emang ngeledek. Tapi bisa juga motivasi buat Liverpool buat menang terus. Tapi kalau
ngeledeknya dikata-katain nama hewan, kayaknya agak kurang sopan ya.
Kadang gue bingung deh. Kalau dilihat-lihat pemain Persib
dan Persija gak saling ejek. Mereka salaman bahkan ngobrol bareng ketika supporter
dua klub lagi khusu’ lempar-lemparan batu. Para supporter yang bertameng militan
pada klub favorit seolah dapat ACC buat melakukan kekerasan dan vandalisme.
Pemainnya malah pengin mereka damai |
Tugas orangtua, guru, dan pemuka agama kayaknya perlu
ditambah nih. Kalau dulu bolak-balik dikasih pesan kalau berteman gak boleh
membedakan sara. Sekarang kudu ditambah jadi sarak. Suku, agama, ras, dan klub
bola.
kayak ginikan cakep |
betul tuh |
sumber gambar
http://www.jpnn.com/read/2014/04/11/227884/6-Poin-Perjanjian-Suporter-Persib-dan-Persija
http://www.kaskus.co.id/thread/50d9a9c01dd719e706000005/ente-yg-ngrasa-the-jak-amp-viking-masuk/1
http://www.bola.net/editorial/jakmania-vs-viking-rivalitas-yang-tak-pernah-padam.html
http://www.bola.net/editorial/jakmania-vs-viking-rivalitas-yang-tak-pernah-padam.html
Viking atau The Jak?
Reviewed by Tomi Azami
on
20:58
Rating:
Betul, Tom. Harusnya supporter liat pemain dari klub yang mereka dukung. Mereka aja damai kok supporternya yang rusuh? Tapi bagian latihan motor Tossa itu lucu. Hahaha.
ReplyDeletekatanya sih militan..katanya.. kalau gak berani rusuh, gak loyal. katanyaa..
Deletehaha, makasih. salah satunya berkat sering baca blog lo bro.
Berteman seclub bola
ReplyDeleteCerita indah lebih dari cinta
Karna cemburu ga ada
yang ada selalu ceria bersama
tapi saling lempar botol jadi realita
Deletegak cukup botol, batu juga
rumah warga gak luput jadi mangsa
sampai ada yang berkorban nyawa
Enakan liatin perseteruan antar pelatih. Kayak Mourinho sama Arsene Wenger. Seru liat keduanya adu mulut, hahaha
ReplyDeleteTapi ga sampai adu fisik. Ga seru, ah *provokator*
Deleteseruan kalau barca madrid adu fisik, apalagi kalau pepe yang mulai. hahaha
DeleteGue pilih mana ya.. cari aman aja deh. Ga milih dua-duanya.
ReplyDeletePilih Real Madrid aja. Ya meskipun musim ini tanpa gelar dan pelatih sekelas Anchelotti harus dipecat :(
kalau ada yang barca, lo jadi gak aman bro.haha
Deleteyah payah, gak tahu terimakasih tuh, udah la decima juga malah dipecat.
pukpuk ancelotti
Kejamnya dunia kepelatihan di sana. -_-
Deleteslalom pake tossa hahahaha
ReplyDeletedikit-dikit musuhin. tapi musuhinnya entah dari saking fanatiknya atau cuma ikut-ikutan temennya. lha kalo ngedukung ya ngedukung, ga perlu ngebantai yang lain. Identitas Indonesia yang ramah kan jadi ilang :(
*tsurhat*
susah banget, Ja. :D
Deletebeuhh bijak banget. eh lo kan anak bandung. jangan2 lo ada di shaf depan kalau rusuh? :D
HA? SHAF DEPAN? NO!
Deleteshaf belakang dong, ambil nasi bungkus paling cepet, tom. *lah*
mana sempat, kan banyak botol dan batu melayang2... mau lauk itu?haha
DeleteNasibmu, Tom. dicengin anak kecil. O_o
ReplyDeleteaku biasanya cari aman sih, jawab aja klub bola asal daerah sendiri. lagian, nggak begitu ngikutin bola dalem negeri juga sih. *aku warga negara tidak baik*
mereka beraninya kroyokan sih :(
Deletengikutin juga lebih banyak konfliknya. eh harusnya tetep ngikutin, jadi bisa ikut komen kisruh pssi kemenpora
Bner ganget nih ngapain harus ribut"
ReplyDeletegue pilih aman, pilih wasit deh
wasit kan malah sering di pangiil naman hewan :/
Deletelah trus pilih siapa mas biar aman?
Deletepilih pantia penyelenggaranya, kan gak ada yg kenal
Deletebener banget men! udah bosen gue sama konflik suporter. dari gue masih sd juga udah ribut..
ReplyDeletepadahal, pemainnya akur-akur aja. tapi, suporternya parah kalau udah kelibat bentrok. ada yang sampe brutal banget....
sampai ada yg tewas ada apa :(
DeleteWah, anak-anak kecil udah pada tau, ya... Setuju lho, sama-sama suka sepak bola kenapa bermusuhan, kalau suportif kan lebih nyaman ;)
ReplyDeletebetul, Kak Indi. kalau rusuh malah gak jadi main. gak ada hiburan deh
DeleteWahh, anak kecil aja, udah sampe segitunya, ya sama urusan bola.
ReplyDeleteGue jadi takut, pas ditanyaain gitu, keknya gue mending jawab TIMNAS. Cari aman aja, gue juga gak mau digebukin anak SD pake pengapus yang dibuat jadi celurit.
Pelajaran naik tossa yang aneh menurut gue. Nasib2.
nggilani anak sekarang. haha hati2 aja bang, senjata itu sering dikantongin anak SD.
Deletebenerkang harusnya ditambhkan tugasnya. tidk membedakan klub bola.
ReplyDeletetapi kenapa ya para superter harus galak - galakan gituh emang ngaruh gitu ke pamain bolanya
malah jadi terancam yah.. ya itu tadi, katanya sih militan
Deletepadahal mah tertib aja ya. damai kan indah di pandang mata ya
Deletehmm karena gue asli bandung pasti pilih the jack lah... #mulaingawur
ReplyDeletemampir-mampilah ke blog ala-ala gue di www.travellingaddict.com
thx :)
wih, ketahuan komandan viking nanti lho
Deleteawaslah ktauan mandan
Deletebersatu kita teguh, bercerai kita berantakan.
ReplyDeletesaya dukung Indonesia aja deh.. heheh..
kayaknya bercerai kita runtuh deh..
Deletesetujuuhh
wkwkwk.. udah di ganti bang kemarin. :v
DeleteBetul Mas Tomi, keegoisan dari para supporterlah yang telah menodai kancah persepak bolaan di negeri ini. Masing-masing merasa dirinyalah yang paling hebat. Salam kenal dari blog sebelah Mas
ReplyDeleteBetul Mas Tomi, keegoisan dari para supporterlah yang telah menodai kancah persepak bolaan di negeri ini. Masing-masing merasa dirinyalah yang paling hebat. Salam kenal dari blog sebelah Mas
ReplyDeleteoknum suppoerter bang.
Deleteyoi salam kenal dari blog sini.
Hahaha lucu-lucu banget itu anak-anak. Berhubung saya asli tasikmalaya iya saya dukung viking aja :D
ReplyDeletewajar.. jawa barat.
Deletemusuhin the jak gak nih? :p
Viking oh viking? Banyak tulisan viking di tembok2 maksudnya apa yach
ReplyDeletecoba tanya yang nyoret2. biasanya ada CP nya.
Delete