Sejenak Guci
Saat ini pukul 09.23 WIB dan aku sedang bekerja di wilayah
pegunungan. Laptopan dengan pemandangan deretan pohon pinus, hembusan udara sejuk,
dan alunan risak air Sungai. Beberapa kali dapat menarik nafas panjang dan menghembuskan
dengan perlahan. Kaya sayang aja gitu kalau gak narik nafas panjang udara segar
yang dipenuhi oksigen. Menenangkan.
Ada perlu banyak hal mesti disyukuri. Bisa bekerja
kadang-kadang dengan suasana berbeda, bisa dikasih Allahsehat, bisa menikmati
kopi yang panasnya sementara. Saking dinginnya soalnya nich.
minggir, mas, ngalangin view aja |
“Mas Tom, sini masuk ruang, mas suruh jadi operator eh malah
laptopan di pojok gitu.”
“baik bu.” Aku menjawab disertai dengan senyum karir.
Memang, iya aku tau dunia itu sementara, senang sedih juga
sesaat. semua hanya sementara. Tapi ya gak sebentar gini juga. Lagi
meromantisasi keadaan eh dipanggil atasan.
Yap, di sinilah aku. Di penginapan di daerah Guci, Tegal, Jawa Tengah. Jadi pas hari kamis dan jumat, tim kami sepakat untuk mengadakan rapat luar kantor. Ya piknik tipis tipis lah. Iya saking tipisnya kami hanya punya waktu santai jam 11 malem sampai jam 08.30 pagi di hari pertama. Terus ada waktu santai lagi setelah rapat selesai yang dijadwalkan jam 13.00 di hari kedua.
Kami berangkat hari Kamis pagi dari kampus. Sebagai orang
rumahnya paling jauh dari kampus dan berada di jalur menuju Guci, aku nunggu
aja di pertigaan desa Yomani. Mayan, gak ikut ribet prepare di kampus. dan yaa,
itulah kami, orang-orang yang gemar melestarikan budaya, dijadwalkan berangkat
pukul 10.00 pagi, tetapi dapat kabar bus keluar kampus hampir pukul 11 siang.
Aku udah ngantuk-ngantuk tuh nungguinnya. Sambil beberapa
kali menolak tawaran dari angkot dan elep. Pada momen itu, aku sama sekali
merasa baik baik saja menolak sesuatu dari orang. Biasanya kan gak enakan. Kalau
ada yang minta tolong ke aku, susah nolaknya
“mas, jam ngajarnya bertukar ya, saya siang ada acara, jadi
jam ngajar saya yang siang bertukar dengan jamnya mas tomi ya.”
“nggih, Pak.” Sambil menggerutu. Iya acara keluarga kan,
alias kalau jam siang kan udah pada ngantuk. Ya aku juga sih.
“mas, ruangan ngajarnya bertukar ya, di situ panas.” Lah
dikira aku kalau di situ jadi adem hhh
Setelah menolak beberapa kali ajakan supir-supir karena
tampilanku dah kaya perantauan, bus kampus akhirnya nongol. Bersamaan dengan masjid deket pertigaan
Yomani udah mulai nyetel tarkhim,- lantunan pengantar sebelum azan-siap-siap adzan zuhur. Kulihat jam di tangan
kiri. Udah pukul 11.30 aja hhhh. Udah mulai lapar juga ini. Perjalanan pun dimulai.
Semakin bus melaju nanjak menuju Guci, semakin redup pula langit dalam
memunculkan diri.
*
Sebelum sampai Guci kami mampir buat mamam siang. Tiba di
rumah makan disambut hujan deras. Kombinasi cihuy sekali: daerah pegunungan,
hujan, dan teh tawar anget. Gemercik air dari langit menumbuk genteng dan tanah
yang lambat laun menggenang bikin suasana lebih asoy untuk...... tidur wkwk. Ya
dong. Mau merampok juga nanti kehujanan nanti masuk angin dimarahin ibu. Jadi
lebih baik tidur aja.
Oh, sama sibuk nyelametin sepatu karena kami makan lesehan
dan lama-lama bakalan tampias juga. Bakalan ribet kalau sepatu basah. Kaki jadi
lembab yang bikin muncul aroma mematikan.
Lepas makan siang dan salat zuhur, kami melanjutkan
perjalanan. Kami tiba di penginapan sekitar pukul 14.14. Asal aja sih masa iya
jam 14.00 tepat sih. Kadang bingung ya, kalau ada undangan-undangan tuh
rata-rata menyebut pukulnya tuh pas belakangnya 00. Misal kaya 09.00, 08.00,
13.00. kan gak papa ya kalau mengundang pada pukul 08.04, 09.16, atau 13.11.
gak bakal dimarah juga. Paling ya ditegur. Karena aku pernah tuh, ditegur gara-gara bikin
pengumuman di grup WA, aku bikin jamnya gak wajar.
*
Bus berhenti dengan slay di parkiran. Disambut dengan hujan sedang dan tatapan ketua panita kepadaku untuk turun duluan. Sebagai yang termasuk junior, aku diminta turun terlebih dahulu sembari mencegah senior-senior turun dulu sebelum kunci kamar dan pembagian kamar siap. Ya wajar sih, toh aku panitia. Padahal udah seneng gak ikut prepare di kampus, eh sampai Guci sama aja. Haha
Beberapa menit kemudian setelah ngobrol sama resepsionist
dan kunci udah di tangan, aku diminta panitia lain buat Kembali ke bus buat
nyuruh para senior turun. Menghela nafas pendek dulu sebelum sa’i alias lari-lari
kecil menembus gerimis dari loby ke bus. Disebut gerimis ya cukup deras, tapi
dibilang hujan juga enggak. Gitu deh.
Rombongan kami turun bus dipayungi oleh petugas penginapan. Tadi
pas aku juga gitu sih, tapi aku langsung lari aja. Risih aja. Khawatir nanti malah aku jadi tatap-tatapan sama bapak
petugas, gak sengaja tangannya memegang gagang payung.
“makasih ya pak, kamu baik bangat udah mayungin aku.”
“sama-sama, mas. Makasih juga udah datang. Aku trenyuh”
Sebuah adegan yang sangat tidak mungkin.
Pembagian kamar udah, rombongan udah ke kamar masing-masing.
Printer dan kertas udah minta tolong ke petugas buat ditaruh di ruang rapat. Kunci
kamarku pun dah didapat dan udah ada pengumuman di grup kalau pembukaan acara
jam 15.45. Aku menuju ke kamar untuk berbaring.
Aku sekamar sama Faiz, laki-laki lebih muda dari aku dan
belum menikah. Cocok sebagai sasaran dimintai tolong alias jika aku diperintah
senior, aku bisa meminta tolong ke Faiz. Bukan melempar perintah ya, kalau itu
mah pasti. Aku pun meminta tolong kalau aku repot aja, selama aku bisa ya tetep
Faiz yang disuruh bergerak.
*
Jam 16.04 dan aku udah di meja operator siap mengasah konsentrasi. Ketika pemimpin rapat bilang ‘next’ sekejap itu pula aku mejet kursor. Sekejap pemimpin rapat minta dipaparkan materi tentang K, misalnya, maka letak file harus segera ditemukan. Pembukaan berjalan lancar, rektor datang sembari mengevaluasi dan memotivasi. Lepas itu beliau memutuskan untuk tidak ikut menginap.
Nampak dari kejauhan Faiz tersenyum licik karena aku sudah
menduga jika rektor tidak menginap, kan kamar jatahnya beliau kosong tuh. Sialnya,
Faiz udah booking duluan. Privilege sesama panitia.
Rapat berjalan seperti pada umumnya rapat, awalnya selow
santai lama-lama meninggi dan memanas tensinya. Gak perlu diceritain detailnya
karena aku pun menahan kantuk dan dingin udara guci. Yang perlu diceritain mah
sulapnya Guci. Aku ngambil segelas jahe yang masih di atas tungku. Panas dong
itu. Nah gak sampe 10 menit jahe di gelasku udah di adem aja.
Mata udah 5 watt tuh menjelang jam 10. Tapi masih pada berdiskusi menyepakati jadwal mengajar dan siapa aja dosen-dosen yang bakalan ngajar PPG. Prajabatan 3 gelombang jalan bareng dan 1 angkatan Dalam Jabatan. Semuanya berjalan beririsan. Yakin aku mah, Segede apapun kampusnya bakalan kewalahan juga.
Hampir menjelang tengah malam dan rapat ditutup padahal
belum selesai. Ini aku udah ada modal jadi anggota dewan nih. Tinggal bikin
flyer terus sebarin pake Google Ads. Ini mah angan-angan aja ya, kalau aku
nyaleg kayaknya gak bikin baliho ditaruh di pinggir jalan deh. Membahayakan
pengguna jalan. Kalau tiba-tiba roboh terus bikin kecelakaan gimana.
Mending pake fitur ads di semua platform gak sih. Pokoknya
gimana caranya kalau orang-orang pada buka semua medsos tuh ada fotonya aku
pake peci, tersenyum simpul sambil pose jempol atau tangan terkepal di depan
dada. Buset default banget ya. Kok caleg-caleg gak pada kepikiran yang beda
bakalan teringat, jadi posenya pake bawahan sarung, atasan singlet putih, terus
slogannya. “Mari merawat Indonesia seperti merawat burung.” Gak ngerti makna
filosofisnya pokoknya beda aja.
Sambil aku beberes laptop dan charger, mas Rifqi nyletuk, “mau
berendam?”
Buset, jam 11 malam ini. Iya aku tau kamu asli orang daerah sini mas, tapi yha
ini dingin ini. Kasihan si Amir, Agak MIRing. Sebenernya sih berendamnya enak,
Cuma kalau udah selesai berendam dari kolam, dinginnya ngalahin sikapnya kalau
lagi marah. Plus udah ngantuk ini. Matanya walau udah diganjel supir truck sambil
bilang “To ganjel, To ganjel,” juga udah gak kuat ini.
“besok subuh aja mas.” kataku
“bener mas, besok aja.” Sambung faiz sambil memainkan kunci
kamar yang sedianya buat Rektor. Senyum antagonis di sinetron terpampang di
wajahnya.
Sialan beneran pindah kamar dia.
No comments:
mau main balik gimana wong alamatmu gak ada